: "width=1100"' name='viewport'/> PT. Borneo Alam jaya: Pemantauan Lingkungan Tambang Batubara PT. Arutmin

Pemantauan Lingkungan Tambang Batubara PT. Arutmin


Pemantauan Lingkungan Tambang Batubara PT. Arutmin



Lokasi kegiatan penambangan batubara Tambang Asam Asam (DU 322/Kalsel) secara administratif terletak di Desa Asam Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut, dan Tambang Karuh (DU 308/Kalsel)  terletak di Desa Riam Adungan Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut.


Peta lokasi tambang PT. Arutmin



Pelaksanaan  Rencana  Pengelolaan  Lingkungan  (RKL)  kegiatan  pertambangan batubara  PT. Arutmin Indonesia  sesuai dengan  yang  tercantum  dalam  dokumen  AMDAL  yang telah disetujui oleh Gubernur Kalimantan Selatan dengan nomor persetujuan 188.44/0425/KUM/2010 dan 188.44/0426/KUM/2010 tertanggal 30 September 2010,  dengan  ringkasan  Rencana Pengelolaan  Lingkungan  (RKL)  pada  tabel dibawah  ini.


No
Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Sumber Dampak
Tolak ukur Dampak
Upaya Pengelolaan Lingkungan
1

Erosi Tanah
Penebasan dan pembersihan lahan, pengupasan dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup
Besarnya erosi yang terjadi, alur-alur, parit dipermukaan tanah
Penataan lereng, penimbunan tanah pucuk ditempat aman, memperbanyak  bangunan pengendali erosi, melaksanakan reklamasi dan revegetasi lahan
2

Kesuburan Tanah
Penebasan dan pembersihan lahan, pengupasan, penggalian dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.
Kreteria kimia tanah/status hara
Penempatan tanah pucuk terpisah dari batuan/tanah penutup, reklamasi dan revegetasi
3

Kualitas Udara
Pengupasan/penggalian, pengangkutan dan penimbunan tanah penutup, penambangan, pengangkutan dan peremukan batubara
Pergub Kal-Sel 053 Tahun 2007
Pengaturan kecepatan alat  angkut, penyiraman jalan tambang secara periodik, penanaman pohon sepanjang jalan angkut dan penggunaan kacamata dan masker bagi pekerja
4

Kebisingan
Pengangkutan dan peremukan batubara, pengangkutan dan penimbunan tanah penutup
Pergub Kal-Sel 053 Tahun 2007
pengaturan kecepatan truk, pembuatan buffer zone dibeberapa ruas jalan sekaligus penanaman pohon, perawatan mesin crusher, penggunaan ear plug bagi pekerja di sekitar tempat peremukan batu bara.
5

Kualitas Air
Pengupasan dan penghamparan tanah pucuk, penggalian dan pengangkutan serta penimbunan tanah penutup, penambangan, pengangkutan,
Pengolahan batubara
PP No. 82 Tahun 2001 dan Kepmen LH No. 113 Tahun 2003
Membangun fasilitas dan melakukantreatment air pada kolam pengendap, serta secara kontinyu merawat kolam pengendap, membangun, mengelola,
Merawat oil trap di work shop.
6

Biota Air
Pengupasan dan penghamparan tanah pucuk, penggalian dan pengangkutan serta penimbunan tanah penutup, penambangan, pengangkutan,
Pengolahan batubara
PP No. 82 Tahun 2001 dan Kepmen LH No. 113 Tahun 2003
Membangun dan treatmen pada kolam pengendapan, pengolahan air limbah, draenase air limpasanmenuju kolam treatmen. Maintenance kolam pengendapan secara berkala
7

Flora dan Fauna Terestrial
Pengupasan dan pengangkutan tanah pucuk, penggalian dan pengangkutan tanah penutup, pembuatan jalan
Luas lahan hutan yang dipergunakan atau hilang, kualitas habitat/ekosistem, hilangnya keanekaragaman satwa
Reklamasi dan revegetasi
8

Sosekbud Masyarakat
Kegiatan persiapan terkait penerimaan tenaga kerja dan keseluruhan tahap operasi.
Jumlah masyarakat sekitar yang terserap sebagai tenaga kerja dan peningkatan pendapat masyarakat sekitar tambang
Rekruitmen tenaga kerja lokal dan program pengembangan masyarakat produktif (CD)
8

KesehatanMasyarakat
Aktivitas Operasional Perusahaan
Prevalensi penyakit
-Pengendalian Dampak negative operasioanl penambangan
- Program CD/CSR dalam peningatan sanitasi lingkungan


1)   Kualitas Udara

Pengukuran kualitas udara dilakukan secara langsung di lapangan sebagai data primer. Pengukuran kualitas udara pada triwulan pertama ini meliputi kualitas udara ambien. Metode pengukuran kualitas udara dapat dilihat pada tabel berikut :

 No
Parameter
Metode
Peralatan
1
CO
NDIR
Gas sampler & Spektrofotometer
2
SO2
Pararosanilin
Gas sampler & Spektrofotometer
3
NO2
Nessler
Gas sampler & Spektrofotometer

Sumber :  -    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
-          Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996
         

Pemantauan PT. Arutmin


Hasil pengukuran  kualitas  udara  ambien  selengkapnya  dapat dilihat pada lampiran. Data hasil  pengukuran  kualitas  udara  ambien  ditabulasi  dan dibandingkan  dengan baku mutu lingkungan  menurut  peraturan  pemerintah  Nomor  41  Tahun  1999.

2).  Kebisingan

          Pengukuran tingkat  kebisingan  pada masing-masing  lokasi  pengamatan  dilakukan menggunakan  alat Noice Logging  Dessimeter  Type M28.  Pengukuran dilakukan  secara kontinyu pada  tiap-tiap  lokasi pengamatan  selama 24  jam. Parameter kebisingan yang diteliti adalah Level  equivalent  (= L.eq).  Satuan  yang digunakan  adalah dBA  (decible Amerika).  Metode pengumpulan  kebisingan disesuaikan dengan Keputusan  Menteri  Negara Lingkungan  Hidup Nomor KEP-48/MENLH/1996.  Data  yang diperoleh  dari hasil pengukuran  ditabulasi  dan dibandingkan  dengan  baku  mutu  tingkat kebisingan  yang  berlaku menurut Keputusan  Menteri  Negara Lingkungan  Hidup Nomor KEP-48/MENLH/1996.
Pemantauan lingkungan PT. Arutmin


3).  Kualitas air

Pengukuran  kualitas  air dilakukan setiap  tiga bulan  sekali,  sesuai  dengan  arahan dokumen dan RPL. Parameter yang dipantau,

Tabel . Parameter  dan Metode  Analisa  Pemantauan  Kualitas  Air

No.
Parameter
Metode analisa
Keterangan
1
TDS
Gravimetri
Laboratorium
2
TSS
Gravimetri
Laboratorium
3
pH
Elektroda
Laboratorium/Insitu
4
Besi
AAS
Laboratorium
5
Mangan
AAS
Laboratorium
6
BOD5
Titrimetri
Laboratorium
7
COD
Titrimetri
Laboratorium
8
SO4
Spec-Turbidi
Laboratorium
9
Minyak/Lemak
Gravimetri
Laboratorium


4).  Biota Perairan
a. Plankton
Sampel  plankton  diambil  dengan  cara  menyaring  air  permukaan  (kedalaman maksimum  10 cm)  dengan  alat  plankton net ukuran  25 mikron. Volume  air yang  disaring  (V)  sebanyak  50  liter  dan  yang  tersaring  (s)  sebanyak  25 ml, selanjutnya  diawetkan  dengan  formalin  4%  dan  dihomogenkan.  Sampel diamati  (identifikasi  dan perhitungan  phytoplankton  dan zooplankton)  di laboratorium  menggunakan  mikroskop  binokuler  yang dibantu  dengan  alat hitung  sedwick-rafter  (S-R) dan penentuan  jenis mengacu  kepada  kunci identifikasi  Edmonson  (1959),  Pennak  (1978),  Davis  (1955),  dan Sachlan,M (1978).
b. Benthos
Sampel  benthos  diambil  dengan  alat Ponar  Petitet  Dredge, contoh  substrat yang terambil  dimasukkan  ke dalam kantong  plastik  dan diawetkan  dengan  formalin  5 %.  Sampel  dianalisa  di laboratorium  di bawah mikroskop  dan  loupe, ditentukan  keberadaan  jenis  dan  jumlah. Identifikasi  menggunakan  Edmonson  (1959),  dan  Pennak  (1978).



Pemantauan lingkungan PT. Arutmin




5). Kualitas  Tanah
Contoh tanah  diambil  pada  kedalaman  0  -  30  cm da dilakukan komposit. Contoh  tanah  dianalisa sifat fisika dan kimia tanah di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru.  Sifat kimia  tanah  yang dianalisis  adalah sifat kimia  yang mempengaruhi  pertumbuhan  tanaman.  parameter  sifat  kimia tersebut meliputi  :  (a) basa-basa  tukar (K, Na, Ca, Mg), (b) pH  (pH H2O), (c) kapasitas  Tukar  Kation,  (d)  Kejenuhan  Basa,  (e)  P205 (HCl 25 %), (f) K2O (HCl  25 %), (g) C-Organik  dan  (h)  N Total.
Pengambilan contoh  tanah dilakukan  pada  lokasi  pemantauan dan pengelolaan. Lingkungan. Parameter  dan  metode  analisis  tanah  disajikan  dalam  tabel berikut:.

Tabel Parameter, Satuan  dan Metode  Analisis  Contoh  Tanah
No
Parameter
Satuan
Metode Analisis
1
pH (H2O)
-
Suspensi air dan KCl
2
P2O5 (P-potensial)
mg/100 g
Ekstraksi HCl 25%
3
K2O (K-potensial)
mg/100 g
Ekstraksi HCl 25%
4
C-organik
%
Walkley & Black (dikromat)
5
P-tersedia
ppm
Ekstraksi Bray-I
6
Basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K,  Na)
me/100 g
Ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7,0
7
Kapasitas Tukar Kation
me/100 g

8
Kejenuhan Basa
%
Perhitungan
9
N Total
%
Destruksi

            Stabilitas  lahan  diduga  dari  tingkat  erosi.  Untuk menduga  tingkat kepekaan tanah  terhadap  erosi  dipergunakan  pendekatan  indeks  erodibilitas tanah  (K)  dan  jenis  tanah. Selanjutnya untuk  menduga  tingkat  erosi  tanah secara  keseluruhan  digunakan  metode  USLE (Weischmeier  dan  Smith,  l978), dengan  formula  berikut  :

A  = R * K * L* S* C * P
Dengan:
A= Jumlah  tanah  yang  tererosi  (ton/ha/tahu
R= lndeks  erosivitas  hujan
K= lndeks  erodibilitas  tanah
L= Faktor  panjang  lereng
S= Faktor  kemiringan  (slope)  lereng  (S)
C= Indeks  penutupan  lahan  (vegetasi)
P= Indeks  pengelolaan  (konservasi)  lahan.
Nilai-nilai  R, K, L, S,  C  dan P diperoleh  dengan  cara mempelajari  keadaan wilayah  melalui  peta-peta  yang  tersedia  (peta  tanah,  peta  tataguna lahan  dan peta lainnya)  serta pengamatan  dan pengukuran  langsung  di  lapangan termasuk  sampling  tanah. Indeks Erosivitas  Hujan  (R) diperoleh  dari Station Meteorologi  terdekat, kemudian  nilai  R dihitung  berdasarkan  rumus  Bols  (1978),  yaitu:
El30  = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)O,53
dengan  :
           EI30 =  Erosivitas  hujan  tahunan,  EI30 tahunan  adalah  jumlah EI30 bulanan
RAIN  =  Curah  hujan  rata-rata  bulanan  (cm)
DAYS =  Jumlah  hari  hujan  rata-rata  bulanan
MAXP =  Curah  hujan  maksimal  selama  24 jam  setiap  bulan  (cm)

Indeks Erodibilitas  Tanah  (K)  dihitung  menurut  rumus  Weischmeier  dan  Smith (1978) berikut  :
100  K = 1,292{2,1 M1,1,4(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)},
Dengan:
M =  (%  debu  + % pasir  sangat  halus)  (100  - liat)  (debu  = 0,002-0,05  mm, liat  < 0,002  mm;  pasir  sangat  halus  = 0,0S  - 0,1  mm);
a  = % bahan organik
b  =  kode  struktur  tanah  : 1  =  granular  sangat  halus, 2  =  granular  halus, 3  =  granular  sedang  - kasar, 4  =  blok,  plat  atau  massif,
c  = kode permeabilitas : 1 = cepat, 2 = sedang – cepat, 3 = sedang, 4 = lambat – sedang, 5 = lambat, 6 = sangat lambat

lndeks  panjang dan Kemiringan  Lereng  (L dan  S) dihitung  menurut  Arsyad (1989)  dengan  formula  berikut:
LS  = L0,5  (0,013g  + 0,00965  s + 0,00138  s2).
Dengan :
LS = Nilai panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)
       
 Indeks  Penutupan  Lahan  (Vegetasi)  (C)  ditetapkan menurut  Hammer  (1981), Wischmeier  dan  Smith  (1978).  Sedangkan  lndeks Pengelolaan (Konservasi) lahan (P) ditetapkan  menurut  Hammer  (1981). Tingkat  kepekaan  tanah  terhadap  erosi didekati  dengan  nirai  K (Dangler  dan El-Swaify,  1976  daram  Hardjowigeno  1994) dan/atau  berdasarkan  jenis  tanah (Hardjowigeno  (1994). Untuk  memperkirakan  tingkat  erosi  tanah,  digunakan kriteria  dari Dirjen  Reboisasi  dan Rehabilitasi  Lahan  Departemen  Kehutanan dan  Perkebunan.
Pemantauan lingkungan PT. Arutmin


Pemantauan lingkungan PT. Arutmin






6). Flora  dan  Fauna  Teresterial 
a.  Perkembangan  Pertumbuhan  Revegetasi
Pengukuran  dilakukan  di lokasi areal reklamasi dan revegEtasi tambang.  Alat yang digunakan  dalam kegiatan pengukuran  pamantauan  vegetasi  antara lain meteran dan laser distance mater  untuk  mengukur  tinggi  pohon, pita ukur dan  alat  tulis  menulis. Hasil pengukuran  parameter  yang diperoleh  akan dibandingkan  dengan  pemantauan berikutnya untuk  mendapatkan  perkembangan  pertumbuhan  revegetasi berupa  :  keliling  batang,  tinggi  pohon  keseluruhan,  proyeksi  tajuk  dan persen hidup selama  tiga  bulan  terakhir.
b. FIora Alami
  Lokasi pemantauan  flora  sesuai  arahan  dokumen  Aktivitas  pemantauan  yaitu berupa  inventarisasi  vegetasi  yang ada dengan Jalur berpetak,  dimana ukuran  petak  contoh bervariasi  sesuai  dengan  tingkat vegetasi  yang  diamati.  Ukuran  petak  contoh  yang  digunakan  adalah  20 m x 20 m untuk tingkat  pohon,  10  m x 10  m untuk  tingkat  tiang,  5 m x 5 m untuk  tingkat pancang  dan  2 m x 2 m untuk  tingkat  semai  (Mueller-Dombois  dan Ellenberg,1974 ; Soerianegara  dan  Indrawan,  2000). Analisa  data dilakukan  untuk mengetahui  kerapatan  masing-masing  jenis, frekuensi  dan  dominasi  serta  Indeks  Nilai  Penting  dari  setiap  jenis.  Untuk  analisis  vegetasi  dengan  metode  garis  berpetak adalah Mueller-Dombois  dan  Ellenberg  (1974),  Cox  (1975),  dan Michael  (1985). Keanekaragaman jenis juga dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (Ludwig and Reynold, 1988). Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (=H’) dihitung dengan rumus H’= ∑ Pi ln Pi dengan Pi = Proporsi jumlah spesies I terhadap jumlah seluruh spesies.
c. Satwa  Liar
            Lokasi  pemantauan  fauna  juga  sama  dengan  pemantauan  untuk  flora  sesuai arahan dari  dokumen RPL,  dimana aktivitas pemantauan  ini  berupa pengumpulan data  fauna  teresterial  dilakukan  secara  langsung  dengan menginventarisasi jenis dan jumrah  satwa liar  yang ditemukan  di  lapangan sebagai data primer.  Disamping  itu  dilakukan  pengumpulan  data secara wawancara  dan melihat  jejak  dan  tanda-tanda  adanya  satwa  liar. Pengukuran fauna teresterial  dilakukan  setiap  tiga bulan  sekali,  sesuai  dengan  arahan dokumen RPL.  Data Aves  (burung)  yang  dikumpulkan  akan  dianalisis  dengan dengan menggunakan metode IPA.  Parameter  yang akan dianalisis  dalam metode IPA tersebut adalah frekuensi  relatif  dan  abundance. Sedang nilai indeks keragaman dihitung dengan menggunakan rumus Shanon-Wiener (= H’) seperti tersebut diatas.


Pemantauan lingkungan PT. Arutmin

Pemantauan lingkungan PT. Arutmin

7). Komponen Sosial
a. Demografi
Wilayah pemantauan  batubara PT. Arutmin Indonesia secara administratif termasuk dalam Desa Pandan Sari, Riam Adungan, Asam-asam, Simpang Empat Sungai Baru, dan Muara Asam-Asam Kabupaten Tanah Laut. Untuk menggambarkan keadaan demografi wilayah studi digunakan data sekunder. Sumber data sekunder adalah Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanah Laut, Kantor Camat dan kantor kepala desa yang termasuk dalam wilayah studi. Metode analisis data menggunakan cara deskriptif untuk menganalisis besaran atau nilai-nilai parameter demografi. 
b. Sosial Ekonomi dan Budaya
Jenis data yang digunakan untuk menggambarkan rona lingkungan  sosial ekonomi dan budaya wilayah studi mencakup data sekunder dan primer. Data sekunder dikumpulkan dari BPS dan Bappeda Kabupaten Tanah Laut, Kantor Camat dan kantor kepala Desa sekitar. Sumber data primer adalah responden penduduk desa di Kecamatan Kintap dan Jorong yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan penambangan  batubara PT. Arutmin Indonesia

Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Struktur responden terdiri dari aparat desa, tokoh masyarakat, masyarakat biasa dan karyawan perusahaan/terlibat langsung dengan kegiatan perusahaan. Analisis data menggunakan cara tabulasi dan deskriptif untuk mengetahui dan menganalisis besaran atau nilai-nilai parameter sosial ekonomi dan budaya. 















Tidak ada komentar:

Posting Komentar