1) Kualitas Udara
Pengukuran kualitas udara dilakukan secara
langsung di lapangan sebagai data primer. Pengukuran kualitas udara pada
triwulan pertama ini meliputi kualitas udara ambien. Metode pengukuran kualitas
udara dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Parameter
|
Metode
|
Peralatan
|
1
|
CO
|
NDIR
|
Gas sampler & Spektrofotometer
|
2
|
SO2
|
Pararosanilin
|
Gas sampler & Spektrofotometer
|
3
|
NO2
|
Nessler
|
Gas sampler & Spektrofotometer
|
Sumber
: -
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
-
Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996
Hasil pengukuran kualitas
udara ambien selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran. Data hasil
pengukuran kualitas udara
ambien ditabulasi dan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan menurut
peraturan pemerintah Nomor
41 Tahun 1999.
2).
Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan
pada masing-masing lokasi pengamatan
dilakukan menggunakan alat Noice
Logging Dessimeter Type M28.
Pengukuran dilakukan secara
kontinyu pada tiap-tiap lokasi pengamatan selama 24
jam. Parameter kebisingan yang diteliti adalah Level equivalent
(= L.eq). Satuan yang digunakan adalah dBA
(decible Amerika). Metode
pengumpulan kebisingan disesuaikan
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/1996. Data
yang diperoleh dari hasil
pengukuran ditabulasi dan dibandingkan dengan
baku mutu tingkat kebisingan yang
berlaku menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/1996.
3). Kualitas air
Pengukuran kualitas
air dilakukan setiap tiga
bulan sekali, sesuai
dengan arahan dokumen dan RPL.
Parameter yang dipantau,
Tabel . Parameter dan Metode
Analisa Pemantauan Kualitas
Air
No.
|
Parameter
|
Metode
analisa
|
Keterangan
|
1
|
TDS
|
Gravimetri
|
Laboratorium
|
2
|
TSS
|
Gravimetri
|
Laboratorium
|
3
|
pH
|
Elektroda
|
Laboratorium/Insitu
|
4
|
Besi
|
AAS
|
Laboratorium
|
5
|
Mangan
|
AAS
|
Laboratorium
|
6
|
BOD5
|
Titrimetri
|
Laboratorium
|
7
|
COD
|
Titrimetri
|
Laboratorium
|
8
|
SO4
|
Spec-Turbidi
|
Laboratorium
|
9
|
Minyak/Lemak
|
Gravimetri
|
Laboratorium
|
4).
Biota Perairan
a. Plankton
Sampel
plankton diambil dengan
cara menyaring air
permukaan (kedalaman
maksimum 10 cm) dengan
alat plankton net ukuran 25 mikron. Volume air yang
disaring (V) sebanyak
50 liter dan
yang tersaring (s)
sebanyak 25 ml, selanjutnya diawetkan
dengan formalin 4% dan dihomogenkan.
Sampel diamati (identifikasi dan perhitungan phytoplankton
dan zooplankton) di
laboratorium menggunakan mikroskop
binokuler yang dibantu dengan
alat hitung sedwick-rafter (S-R) dan penentuan jenis mengacu
kepada kunci identifikasi Edmonson
(1959), Pennak (1978),
Davis (1955), dan Sachlan,M (1978).
b.
Benthos
Sampel
benthos diambil dengan
alat Ponar Petitet Dredge, contoh substrat yang terambil dimasukkan ke dalam kantong plastik
dan diawetkan dengan formalin
5 %. Sampel dianalisa
di laboratorium di bawah
mikroskop dan loupe, ditentukan keberadaan
jenis dan jumlah. Identifikasi menggunakan
Edmonson (1959), dan
Pennak (1978).
5). Kualitas Tanah
Contoh tanah
diambil pada kedalaman
0 - 30 cm
da dilakukan komposit. Contoh tanah dianalisa sifat fisika dan kimia tanah di
Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru. Sifat kimia
tanah yang dianalisis adalah sifat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. parameter sifat
kimia tersebut meliputi : (a) basa-basa
tukar (K, Na, Ca, Mg), (b) pH (pH
H2O), (c) kapasitas
Tukar Kation, (d)
Kejenuhan Basa, (e) P205
(HCl 25 %), (f) K2O (HCl 25 %), (g) C-Organik dan
(h) N Total.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada
lokasi pemantauan dan
pengelolaan. Lingkungan. Parameter
dan metode analisis
tanah disajikan dalam
tabel berikut:.
Tabel Parameter, Satuan dan Metode
Analisis Contoh Tanah
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Metode
Analisis
|
1
|
pH (H2O)
|
-
|
Suspensi air dan KCl
|
2
|
P2O5
(P-potensial)
|
mg/100
g
|
Ekstraksi HCl 25%
|
3
|
K2O
(K-potensial)
|
mg/100
g
|
Ekstraksi HCl 25%
|
4
|
C-organik
|
%
|
Walkley & Black
(dikromat)
|
5
|
P-tersedia
|
ppm
|
Ekstraksi Bray-I
|
6
|
Basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K,
Na)
|
me/100
g
|
Ekstraksi 1 N NH4OAc
pH 7,0
|
7
|
Kapasitas Tukar Kation
|
me/100
g
|
|
8
|
Kejenuhan Basa
|
%
|
Perhitungan
|
9
|
N Total
|
%
|
Destruksi
|
Stabilitas lahan
diduga dari tingkat
erosi. Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap
erosi dipergunakan pendekatan
indeks erodibilitas tanah (K)
dan jenis tanah. Selanjutnya untuk menduga
tingkat erosi tanah secara
keseluruhan digunakan metode USLE (Weischmeier dan
Smith, l978), dengan formula
berikut :
A = R * K * L* S* C * P
Dengan:
A= Jumlah tanah
yang tererosi (ton/ha/tahu
R= lndeks erosivitas
hujan
K= lndeks erodibilitas
tanah
L= Faktor panjang
lereng
S= Faktor kemiringan
(slope) lereng (S)
C= Indeks penutupan
lahan (vegetasi)
P= Indeks pengelolaan
(konservasi) lahan.
Nilai-nilai R, K, L, S,
C dan P diperoleh dengan
cara mempelajari keadaan
wilayah melalui peta-peta
yang tersedia (peta
tanah, peta tataguna lahan dan peta lainnya) serta pengamatan dan pengukuran langsung
di lapangan termasuk sampling
tanah. Indeks Erosivitas Hujan (R) diperoleh
dari Station Meteorologi
terdekat, kemudian nilai R dihitung
berdasarkan rumus Bols
(1978), yaitu:
El30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47
(MAXP)O,53
dengan
:
EI30 =
Erosivitas hujan tahunan,
EI30 tahunan adalah jumlah EI30 bulanan
RAIN
= Curah hujan
rata-rata bulanan (cm)
DAYS =
Jumlah hari hujan
rata-rata bulanan
MAXP =
Curah hujan maksimal
selama 24 jam setiap
bulan (cm)
Indeks
Erodibilitas Tanah (K)
dihitung menurut rumus
Weischmeier dan Smith (1978) berikut :
100 K = 1,292{2,1
M1,1,4(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)},
Dengan:
M = (%
debu + % pasir sangat
halus) (100 - liat)
(debu = 0,002-0,05 mm, liat
< 0,002 mm; pasir
sangat halus = 0,0S
- 0,1 mm);
a = % bahan
organik
b = kode
struktur tanah : 1
= granular sangat
halus, 2 = granular
halus, 3 = granular
sedang - kasar, 4 =
blok, plat atau
massif,
c = kode
permeabilitas : 1 = cepat, 2 = sedang – cepat, 3 = sedang, 4 = lambat – sedang,
5 = lambat, 6 = sangat lambat
lndeks panjang dan Kemiringan Lereng
(L dan S) dihitung menurut
Arsyad (1989) dengan formula
berikut:
LS = L0,5
(0,013g + 0,00965 s + 0,00138
s2).
Dengan :
LS = Nilai panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)
Indeks Penutupan
Lahan (Vegetasi) (C)
ditetapkan menurut Hammer (1981), Wischmeier dan
Smith (1978). Sedangkan
lndeks Pengelolaan (Konservasi) lahan (P) ditetapkan menurut
Hammer (1981). Tingkat kepekaan
tanah terhadap erosi didekati dengan
nirai K (Dangler dan El-Swaify, 1976
daram Hardjowigeno 1994) dan/atau berdasarkan
jenis tanah (Hardjowigeno (1994). Untuk
memperkirakan tingkat erosi
tanah, digunakan kriteria dari Dirjen
Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
6).
Flora dan Fauna
Teresterial
a.
Perkembangan Pertumbuhan Revegetasi
Pengukuran
dilakukan di lokasi areal
reklamasi dan revegEtasi tambang. Alat
yang digunakan dalam kegiatan
pengukuran pamantauan vegetasi
antara lain meteran dan laser distance mater untuk
mengukur tinggi pohon, pita ukur dan alat
tulis menulis. Hasil
pengukuran parameter yang diperoleh akan dibandingkan dengan
pemantauan berikutnya untuk
mendapatkan perkembangan pertumbuhan
revegetasi berupa : keliling
batang, tinggi pohon
keseluruhan, proyeksi tajuk dan persen hidup selama tiga
bulan terakhir.
b. FIora Alami
Lokasi pemantauan flora sesuai
arahan dokumen Aktivitas
pemantauan yaitu berupa inventarisasi
vegetasi yang ada dengan Jalur
berpetak, dimana ukuran petak
contoh bervariasi sesuai dengan
tingkat vegetasi yang diamati.
Ukuran petak contoh
yang digunakan adalah
20 m x 20 m untuk tingkat pohon, 10 m x
10 m untuk tingkat
tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang dan 2
m x 2 m untuk tingkat semai
(Mueller-Dombois dan
Ellenberg,1974 ; Soerianegara dan Indrawan,
2000). Analisa data
dilakukan untuk mengetahui kerapatan
masing-masing jenis,
frekuensi dan dominasi
serta Indeks Nilai
Penting dari setiap
jenis. Untuk analisis
vegetasi dengan metode
garis berpetak adalah
Mueller-Dombois dan Ellenberg
(1974), Cox (1975),
dan Michael (1985). Keanekaragaman jenis juga dihitung
dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (Ludwig and Reynold,
1988). Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (=H’) dihitung dengan rumus H’= ∑
Pi ln Pi dengan
Pi = Proporsi jumlah spesies I terhadap jumlah seluruh spesies.
c.
Satwa Liar
Lokasi pemantauan
fauna juga sama
dengan pemantauan untuk
flora sesuai arahan dari dokumen RPL,
dimana aktivitas pemantauan
ini berupa pengumpulan data fauna
teresterial dilakukan secara
langsung dengan menginventarisasi
jenis dan jumrah satwa liar yang ditemukan di
lapangan sebagai data primer.
Disamping itu dilakukan
pengumpulan data secara
wawancara dan melihat jejak
dan tanda-tanda adanya
satwa liar. Pengukuran fauna
teresterial dilakukan setiap
tiga bulan sekali, sesuai
dengan arahan dokumen RPL. Data Aves
(burung) yang dikumpulkan
akan dianalisis dengan dengan menggunakan metode IPA. Parameter
yang akan dianalisis dalam metode
IPA tersebut adalah frekuensi
relatif dan abundance. Sedang nilai indeks keragaman
dihitung dengan menggunakan rumus Shanon-Wiener (= H’) seperti tersebut diatas.
a. Demografi
Wilayah pemantauan batubara PT. Arutmin Indonesia secara
administratif termasuk dalam Desa Pandan Sari, Riam Adungan, Asam-asam, Simpang
Empat Sungai Baru, dan Muara Asam-Asam Kabupaten Tanah Laut. Untuk menggambarkan
keadaan demografi wilayah studi digunakan data sekunder. Sumber data sekunder
adalah Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanah Laut, Kantor Camat dan kantor
kepala desa yang termasuk dalam wilayah studi. Metode analisis data menggunakan
cara deskriptif untuk menganalisis besaran atau nilai-nilai parameter
demografi.
b. Sosial Ekonomi dan Budaya
Jenis data yang
digunakan untuk menggambarkan rona lingkungan
sosial ekonomi dan budaya wilayah studi mencakup data sekunder dan
primer. Data sekunder dikumpulkan dari BPS dan
Bappeda Kabupaten Tanah Laut, Kantor Camat dan kantor kepala Desa sekitar. Sumber data primer
adalah responden penduduk desa di Kecamatan Kintap dan Jorong yang diperkirakan
akan terkena dampak kegiatan penambangan
batubara PT. Arutmin Indonesia
Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara dengan
responden menggunakan kuesioner. Struktur responden terdiri dari aparat desa,
tokoh masyarakat, masyarakat biasa dan karyawan perusahaan/terlibat langsung
dengan kegiatan perusahaan. Analisis data menggunakan cara tabulasi dan
deskriptif untuk mengetahui dan menganalisis besaran atau nilai-nilai parameter
sosial ekonomi dan budaya.